Ayah Bunda, Kami Menunggumu di Rumah
foto: intisari.grid.id |
Ada sedikit rasa iba saat
saya harus menenangkan anak-anak menyikapi kejadian tak terduga seperti ini.
Anak-anak tetaplah anak-anak yang akan selalu mengingat janji yang terlontar
untuknya. Dan kita sebagai orang dewasa, sudah berapa kali mengingkari janji
janji itu?
Saya merasakan sendiri
betapa kaki kecil mereka tertatih mengikuti ritme kehidupan kita saat ini. Sarapan harus cepat-cepat agar bisa segera
berangkat ke sekolah dan terhindar dari kemacetan. Sampai di rumah masih harus
berjibaku dengan tugas,pr dan persiapan ulangan harian. Baru mau bermain
sebentar bersama teman-temannya, tapi malam sudah menyapa. “Ancaman” jangan
tidur kemalaman agar besok bisa bangun pagi pun selalu terngiang di telinga
mereka.
Lihatlah ayah dan bunda,
kehidupan anak-anak terutama di kota besar saat ini sudah hampir seperti robot.
Dengan kemajuan tekhnologi yang juga tak mungkin kita bendung, kehidupan mereka
sangatlah kaku. Hampir sama dengan kita bukan? Kita yang selalu dikejar waktu,
dikejar dateline dan diburu aneka kegiatan yang menumpuk.
foto : abiummi.com |
Dulu, sayapun bekerja. Mengagungkan selembar kertas ijazah dan beberapa bukti penghargaan atas kemampuan saya. Tapi melihat pasangan saya juga memiliki kesibukan yang luar biasa, akhirnya saya kembali ke rumah. Ya, saya kembali ke rumah. Mendampingi buah hati kami tumbuh dari hari ke hari. Karena saya masih percaya pendidikan yang pertama adalah di dalam rumah, melalui tangan seorang ibu. Jangan tanyakan kemana saya gantung mimpi dan cita cita saya. Jikalau saya tidak bisa mewujudkannya sendiri, saya selalu berdoa anak-anak saya akan mampu menunjukkan keberhasilannya sebagai wujud dari mimpi saya yang tertunda. Aamiin.
Lalu, jika sekarang banyak
kejadian bullying, tindakan kriminal yang dilakukan anak-anak, narkoba, pergaulan bebas dan tindakan pornoaksi bahkan
sampai ada kejadian anak bunuh diri, siapakah yang harus disalahkan?
Ayah dan bunda jangan pernah
lengah mendampingi anak-anak kita. Jadilah sahabat baginya. Ayah dan bundalah yang memiliki kesempatan banyak
untuk mengisi ruang hatinya dan menumbuhkan emotional inttelegent1
mereka.
Memupuk mereka dengan landasan spiritual2 yang kokoh sejak dini. Kesibukan ayah bunda diluar harus sebanding dengan kasih sayang dan perhatian nyata kepada sang buah hati. Pulanglah ke rumah sebagai sahabat mereka. Ajak mereka bertukar cerita dalam kebersamaan.
Memupuk mereka dengan landasan spiritual2 yang kokoh sejak dini. Kesibukan ayah bunda diluar harus sebanding dengan kasih sayang dan perhatian nyata kepada sang buah hati. Pulanglah ke rumah sebagai sahabat mereka. Ajak mereka bertukar cerita dalam kebersamaan.
Miris hati ini saat melihat
anak-anak usia sekolah sudah bisa berkata-kata kasar, tidak sopan,tidak senonoh
bahkan kepada orang yang lebih dewasa melalui fasilitas chat ataupun komentar
di media sosial. Ini juga sebagai pengingat kita sebagai orangtua untuk tetap
mengedepankan sopan santun.
Mungkin setelah ini ayah bunda bisa mulai
periksa gawai yang ananda pegang . Cek juga akun media sosial yang mereka gunakan
untuk mengetahui sejauh mana pergaulan anak-anak kita. Semoga mereka selalu berada di
jalan yang baik dan benar ya. Tumbuh menjadi pribadi yang bermanfaat dan berakhlak mulia.
Selamat mendampingi buah hati, mereka menanti ayah bunda di rumah ❤
Selamat mendampingi buah hati, mereka menanti ayah bunda di rumah
----------------------------------
1) Kecerdasan
emosional (bahasa Inggris: emotional quotient, disingkat EQ)
adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol
emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya. Dalam hal ini, emosi mengacu pada
perasaan terhadap informasi akan suatu hubungan.wikipedia
2)Kecerdasan spiritual (bahasa
Inggris: spiritual quotient, disingkat SQ) adalah kecerdasan jiwa
yang membantu seseorang untuk mengembangkan dirinya secara utuh melalui
penciptaan kemungkinan untuk menerapkan nilai-nilai positif.wikipedia
Artikel ini ditulis oleh Dhika Suhada, seorang ibu
rumah tangga berlatar belakang ilmu public relation, PAUD dan teknik industri.
Saat ini menekuni dunia menulis sebagai media berbagi ide dan opini. Tinggal di Makassar. Email :
dhika. suhada@gmail.com. Facebook dan Instagram : dhika suhada. Blog: www.dhikasuhada.blogspot.com.
No comments