MANA JANJIMU

Bun....
Katanya kalau kakak pulang sore karena ekskul bunda mau bikinkan masakan spesial.
Mana janjinya bun?

Bun...
Katanya kalau hari sabtu minggu kami boleh ajak jalan jalan ayah bunda kemana aja kami mau. Tapi kenapa ayah ga bisa nemenin kita bun?

Bun...
Katanya hari ini mau beli kaos kaki baru. Koq bunda ga mau anterin kakak ke toko kaos kaki?

Hmmmmm...
Belakangan ini anak anak mulai kritis ke bundanya.
Janji adalah hutang.
Dan rasanya maluuuu banget saat mereka menagih janji janji manisku yang belum tertunaikan.

Benernya pengen jawab begini nih : "Kak, bunda tadi repot banget sama adek. Adeknya ga mau lepas dari bunda. Jadi bunda ga bisa ngapa ngapain deh. Mau masak yang enak enak tapi adek ga ada yang pegang. Dikasi mainan ga mau main sendiri dianya. Gimana dong? Maaf ya kak. Besok bunda buatkan deh masakan enaknya "
》》 note : besoknya lagi ternyata belum sempet masakan request si kakak. Jawabnya begini lagi. Hadeh, emak macam apa aku ini ya (tepokjidat).

Atau jawab begini , "Kakak sabar sabar ya. Ayah memang lagi sibuk sekali sekarang ini. Apalagi sebentar lagi tutup tahun. Banyak laporan yang harus ayah selesaikan. Project ayah juga harus dituntaskan supaya tahun ini target kerja ayah tercapai. Nanti kita jalan jalan bareng kalau ayah sudah santai sedikit ya nak"
》》 note : Sampe kapan ayah bisa "santai sedikit?" Bukannya nanti setelah Desember tutup tahun, Januari bakal ada "Setting Program Kerja" tahunan lagi ? Jadi kapan dong waktu yang tepat buat bisa kumpul bersama? *balada pegawai kantoran

Atau keluarkan jurus ngeles ala emak rempong ke anak anak. "Kak, maap ya. Kaos kaki yang nyaman dipakai itu yang jual di toko sepatu. Toko sepatunya ada di mall. Nah,kita ke mall nya tunggu hari sabtu apa minggu pas libur. Jadi bisa sekalian jalan jalan. Kalo sekarang mau kaoskaki, ya ayo kita ke ****mart. Tapi kaoskaki nya ya gitu gitu aja ga ada pilihan"
》》 note : Beda antara pilihan dan ancaman sangatlah tipis ya nak (ngeles ala covert selling)

Ya..
dan masih banyak lagi janji yang belum tertunaikan untuk anak anak kita ternyata ya bun.
Jangankan janji yang besar.. hal hal kecil seperti diatas saja sudah membuat mereka bersedih.

Ingat... Masalah kita bukanlah masalah anak-anak.
Mengenai kesibukan di ruang kerja, kerepotan mengurus rumah, kegiatan yang tiada henti.
Itu semua porsi dewasa.
Sepertinya memang kita perlu bercermin lebih dalam lagi
Menyelami hati anak anak kita
Menunaikan janji janji kita
Karena dari sinilah kita mendidik mereka kelak menjadi orang yang bertanggung jawab.. bagai merpati yang tak pernah ingkar janji. *selfreminder

farrel - abi - haneen
Yuk ayah..
Yuk bunda..
kakak dan adik..
weekend kali ini kita tunaikan semua janji janji kita pada mereka.

Selamat berbahagia

Salam dari si bundo yang juga lagi baperan
(baca : butuh piknik nihhh)




MALAM PERTAMA

MALAM PERTAMA

Malam itu adalah malam pertama ku denganmu
Memeluk erat tubuhmu
Mengatur degup jantung yang masih tak beraturan
Menyatukan nafas meski perih masih berlarian di sekujur tubuhku
Tapi, entah bagaimana? 
Rasa luka itu mampu kau kalahkan hingga aku tak sanggup beranjak darimu
Sungguh engkau membuaiku…

Tahu kah kau, sejak subuh tadi gigiku gemeretak ketakutan?
Sekujur badanku dingin menjelang pertemuan pertama kita
Antara antusias, takut, nervous dan entah apalagi namanya
Lalu datang sekumpulan orang-orang berbaju putih menghampiriku
Menggiringku ke sebuah ruangan yang dingin dengan begitu banyak peralatan menyilaukan
Lantunan dzikir yang tak berujung segera memenuhi ruang batinku..

Aku mati rasa !!!
Kakiku bergerak tapi aku tak merasakannya !
Badanku berpindah tempat tapi aku seperti melayang
Aku takut.....
Tapi bagaimana mungkin aku bisa melarikan diri dari ruangan ini ????

Kembali kutepis gundahku dengan lafaz suciNYA
Lantas tenggorokanku tercekat sedemikian perih
Mataku memerah..
Aku berusaha berteriak tapi tak ada yang mendengarku
Apakah pertemuan kita tak akan berhasil mulus?
Sayup kudengar alat disebelahku berbunyi cepat , tanda nadiku tak beraturan.
(muntah) !
Segera selang oksigen dihidungku dilepas
Aku lemas tak berdaya
Aku menangis ketakutan...

Hingga kudengar mereka bertepuk tangan seraya berkata ,"Laki-laki !! Selamat ibu...."
Dan tak berselang lama tangisan keras telah membahana ke seluruh ruangan rumah sakit
yang belum sempurna akibat gempa besar 2 bulan yang lalu.

Subhanallah
Walhamdulillah
Wa Laa illahailallah
Allahu Akbar
Ketakutanku sirna melihat tubuh merah mungil dihadapanku.
Aku berhasil... aku berhasil.... penantian 9 bulan ku usai sudah.
Terima kasih ya ALLAH atas amanah besar ini.
-----------
       Kisah ini 10 tahun telah berlalu. Dan sudah 3 kali adegan ini kulakoni. Meski di dalam hati kecilku aku selalu meminta, “ Ya Allah, ijinkan aku merasakan sakitnya seorang ibu yang melahirkan secara normal”, tapi Allah ternyata berkehendak lain. Dan aku pun ikhlas menerima, melahirkan 3 anak dengan tindakan SC semua. Untungnya aku berada di lingkungan yang cukup nyaman dengan pilihanku ini, mendukung semua keputusan kami dan dokter . Yang penting sudah berusaha  dan berikhtiar. Yang penting ibu dan bayi nya sehat selamat. Iya kan bun?
     Masih teringat masa-masa penuh suka dan duka itu. Malam pertama bersama si bayi merah. Betapa saat itu aku berusaha bangun secepat kilat untuk bisa memelukmu meski menahan sakit bekas luka caesar.  Ketika aku bertekad menyusui  langsung walau harus menahan perih karena selama 3 hari hanya sedikit sekali ASI yang keluar bahkan sampai lecet. Saat aku hanya bisa mencuri-curi waktu tidur, bangun di tengah malam, mengganti baju dan popok basahmu, menimangmu sambil berharap agar kau segera tidur nyenyak agar akupun dapat sedikit kembali merasakan yang namanya tidur, meski tidur sambil duduk dan menyusuimu. Bunda-bunda disini pun tentu  masih ingat rasanya kan? Terlebih pasca operasi yang ke tiga. Rasa sakitnya berbeda sekali dengan yang sebelum-sebelumnya. Mantapppp rasanya ya, bun!
Masa awal melahirkan kusebut masa perjuangan. Betapa benar benar harus berjuang mengatur fisik dan batin agar dapat berjalan seimbang. Menyelaraskan otak dan hati di tengah rasa sakit dan letih. Apalagi jika kita melahirkan di tempat yang jauh dari keluarga. Tempat yang baru saja kita datangi, tanpa sanak saudara di samping kita. Pernah aku terduduk di lantai kamar mandi sambil menangis berusaha memegangi mu dengan kuat,nak. Si bayi merahku. Karena aku tak tahan akan luka bekas operasi ini. Pernah juga aku membiarkanmu menangis kencang, karena aku sudah tak tau lagi harus melakukan apa untuk menenangkanmu. Dan aku pun ikut menangis di balik bantal kecilmu.
Masa setelah 30hari awal kusebut masa keindahan. Kita sudah saling terbiasa ya nak. Sakitnya bekas jahitan pun sudah mulai mereda. Senyum manis mu, gerakan tanganmu… Masih juga kuingat saat kita tertawa bersama bermain cilukba. Saat kita bermain "timangan maut " Ahhh, wajah innocentmu sangat menggodaku .
Hari demi hari kita lalui bersama. Hingga kutemui lagi masa perjuangan kedua kita. Saat usia 6 bulan memperkenalkanmu dengan makanan pendamping. Buah ini buah itu, sayuran ini sayuran itu. Mencari cari mana makanan favoritmu. Tak hanya engkau yang tumbuh sehat. Bundamu pun turut sehat karena makan sisa sisa menu mpasi mu,nak.
Selain berjuang dengan mpasi, ini masa untuk berjuang dengan berbagai metode parenting. Ikut milis ibu dan anak di A, ikut group parenting di B, jadi followernya page si C… dan akhirnya aku menyerah. Hanya satu pedoman tumbuh kembang anak yang kini aku ikuti. Di kitab suci ku semua terpampang jelas. Belajar juga dari kisah kisah teladan. Sehingga aku tidak lagi pusing mencari kata pengganti untuk sekedar merubah frasa “Jangan” ke kata lain yang (katanya) lebih cocok untuk anak. Tak lagi pusing dengan metode time out atau apalah apalah itu sebutannya. Semua mengalir sesuai kodratmu ya nak. Mana yang cocok dengan kondisi kita, itu yang diambil. Yang tidak cocok, jadikan itu sebagai wawasan. Tugasku adalah menjadikanmu anak yang memiliki iman dan taqwa.
            Kalian sekarang sudah berusia 10, 7 dan 2 tahun. Jalan kita masih panjang nak. Masa perjuangan bunda akan beralih ke masa kebahagiaan yang hakiki. Melihatmu tumbuh seperti sekarang ini membuat bunda banyak mengucap syukur. Tak terbayangkan waktu terus bergulir dan suatu saat engkau akan meninggalkan bunda untuk meraih impianmu. Bunda pasti akan merindukan masa masa seperti ini. Ahhh, pipi ini menghangat. Aku menulis ini disamping mereka yang sedang tertidur lelap.

Farrel Jodhisyach Mumtaz
Tsabit Abdurrazzaq Mumtaz
Haneen Mecca Aena Mumtazah

Terima kasih sudah memberi gelar "bunda" di depan namaku
Terima kasih telah membuat hidupku semakin berwarna
Terima kasih atas kesabaranmu menantiku menjadi ibu yang terbaik

Maafkan bunda atas cela yang ada dalam mengasuhmu
Maafkan bunda jika terkadang rasa kasih ini mengalahkan logika
Maafkan bunda untuk kata sayang yang terucap dengan lengkingan

Anakku..
darimu bunda belajar kehidupan..
darimu bunda memaknai cinta sejati..
darimu bunda mengharap "jannah" semakin dekat dengan kita...

Jadilah anak yang sholeh shalehah nak,
karena itu pintu bagi rumah abadi kita kelak.
Jadilah anak yang mandiri nak,
karena bunda tak akan bisa selalu disampingmu.
Jadilah anak yang bermanfaat nak,
karena bunda ingin melihatmu berdiri di barisan depan laskar pembela kebenaran dan kebaikan

Ya Allah... terimakasih untuk semua kebahagiaan ini
Semoga amanahMU dapat kutunaikan dengan baik.

Semua doa terbaik dan terindah akan selalu bunda panjatkan untukmu, nak.
Bunda bangga menjadi IBU mu.
Semoga engkau pun bangga memiliki IBU seperti aku.


Penuh cinta dari Makassar
Medio Oktober 2016
Bunda Dhika
( bundanya FarrelAbiHaneen )

Naskah ini diikutsertakan dalam kompetisi menulis kisah inspiratif Bangga Menjadi Ibu oleh emakpintar dan bitread.
Silahkan berkunjung ke link berikut dan meninggalkan komentar untuk tulisan saya ya. Terimakasih
#BITREAD
#EMAKPINTAR